18 January 2013

*bekerja, maka ada keajaibannya*

Bismillahirahmanirahim.

Usai usrah online tadi, aku membelek-belek pesanan di kotak mesej. Dan aku terjumpa ini. Yang dikirim lebih 6 bulan yang lalu.

Terdiam dan muhasabah diri kembali.
 
  • Salam,
    Rindu padamu adikku:)
    Sedikit hadiah yg akak terbaca sebentar td.
    Bekerja, Maka Ada Keajaiban.
    Iman itu terkadang menggelisahkan.
    Atau setidaknya menghajatkan ketenangan yang menggiurkan hati dengan terkuaknya keajaiban. Mungkin itu yang dirasakan Ibrahim ketika dia meminta kepada Rabbnya untuk ditunjukkan bagaimana yang mati dihidupkan. Maka saat Rabbnya bertanya, “Belum yakinkah engkau akan kuasaKu?”, dia menjawab sepenuh hati, “Aku yakin. Hanya saja agar hati ini menjadi tenteram.”
    Tetapi keajaiban itu tak datang serta merta di hadapannya. Meski Allah bisa saja menunjukkan kuasaNya dalam satu kata “Kun!”, kita tahu, bukan itu yang terjadi. Ibrahim harus bersusah payah untuk menangkap lalu mencincang empat ekor burung. Lalu disusurnya jajaran bukit-berbukit dengan lembah curam untuk meletakkan masing-masing cincangan. Baru dia bisa memanggilnya. Dan beburung itu mendatanginya segera.
    Di sinilah rupanya keajaiban itu. Setelah kerja yang mengeras tenaga.
    Tetapi apakah selalu kerja-kerja kita yang akan ditaburi keajaiban?
    Hajar dan bayinya telah ditinggalkan oleh Ibrahim di lembah itu. Sunyi kini menyergap kegersangan yang membakar. Yang ada hanya pasir dan cadas yang membara. Tak ada pepohon tempat bernaung. Tak terlihat air untuk menyambung hidup. Tak tampak insan untuk berbagi kesah. Keculai bayi itu. Isma’il. Dia kini mulai menangis begitu keras karena lapar dan kehausan.
    Maka Hajar pun berlari, mencoba mengais jejak air untuk menjawab tangis putera semata wayangnya. Ada dua bukit di sana. Dan dari ujung ke ujung coba ditelisiknya dengan seksama. Tak ada. Sama sekali tak ada tanda. Tapi dia terus mencari. Berlari. Bolak-balik tujuh kali. Mungkin dia tahu, tak pernah ada air di situ. Mungkin dia hanya ingin menunjukkan kesungguhannya pada Allah. Sebagaimana telah ia yakinkan sang suami, “Jika ini perintah Allah, Dia takkan pernah menyia-nyiakan kami!”
    Maka kejaiban itu memancar. Zam zam! Bukan. Bukan dari jalan yang dia susuri atau jejak-jejak yang dia torehkan di antara Shafa dan Marwa. Air itu muncul justeru dari kaki Isma’il yang bayi. Yang menangis. Yang haus. Yang menjejak-jejak. Dan Hajar pun takjub. Begitulah keajaiban datang. Terkadang tak terletak dalam ikhtiar-ikhtiar kita.
    Mari belajar pada Hajar bahwa makna kerja keras itu adalah menunjukkan kesungguhan kita kepada Allah. Mari bekerja keras seperti Hajar dengan gigih, dengan yakin. Bahwa Dia tak pernah menyia-nyiakan iman dan amal kita. Lalu biarkan keajaiban itu datang dari jalan yang tak kita sangka atas kehendakNya yang Maha Kuasa. Dan biarkan keajaiban itu menenangkan hati ini dari arah manapun Dia kehendaki.
    Bekerja saja. Maka keajaiban akan menyapa dari arah tak terduga.

Begitulah. Walau pada hakikatnya, hidup ini, adalah memang untuk bekerja kepada Allah. Tapi, ramainya, termasuk aku sendiri, lebih memilih untuk bersenang lenang, mencipta angan-angan. Enggan keluar dari  zon selesa, tapi berkhayal-khayal tentang syurga. Ahh. Malu rasa. Syurga bukan percuma. 

"Jika jiwa telah menjadi besar.
 Akan letihlah jasad memenuhi hasratnya."
-Al Mutanabbi

Sedang ulat dari kepompong juga pandai berusaha, gigih keluar untuk menjadi rama-rama yang cantik dipandang mata. Sayang sekali, sukar dan payahnya untuk kita melihat dari pelajaran Sang Ulat itu, walhal Tuhan telah sedia memberi contohnya.
 

 

Entah, aku sendiri tertanya-tanya,
adakah tarbiyyah aku selama ini sudah cukup membasahkan dan menghidupkan hati,
untuk bekerja, semata kerana Allah.
 


"Unzur maa dzaa khaalatha qalbak?"
Lihatlah yang telah bercampur dengan hatimu?
-Al Junied

Tuhan, moga saja, Kau tidak melelahkan aku, untuk menghabiskan jalan ini hingga ke hujungnya, hanya kerana titik-titik hitam yang masih bersarang dan mengotori hati dan jiwa.

Entah, apalah kerja yang telah aku lakukan untuk Allah. Bimbang, catatan amal masih kosong. Tak pernah tercatat apa-apa.

Entah juga, malaikat kiri atau kanan yang lebih banyak menulis perihal aku.

 Allahu.
Bersendiri di sini, banyak buat aku muhasabah kembali.

IeyqaAdam,
Beijing-18012013.